Teknologi Nuklir EMP Luar Angkasa China Siap Lenyapkan Satelit Starlink & NATO saat Perang Taiwan
Konstelasi orbit rendah untuk sarana telekomunikasi menunjukkan performa yang mengejutkan di medan perang.
Contohnya starlink Elon Musk yang sudah beroperasi di Ukraina meskipun rusia telah menghancurkan seluruh sistem saluran komunikasi dan internet.
Bahkan elon musk yakin satelit ekolokasi Starlink memiliki kemampuan jauh lebih akurat di bandingkan GPS Amerika dan GLONASS Rusia,bahkan Baidu China.
Sebab konstelasi Starlink saat ini sudah mengorbit 2.300 satelit , jauh lebih banyak di bandingkan gabungan semua satelit milik amerika china dan rusia.
Jika perang China – Taiwan pecah,Starlink di pastikan berada dalam bahaya besar,Sebab china telah mensimulasikan penggunaan senjata nuklir untuk menghancurkan satelit orbit dekat bumi.
Sebuah kemampuan yang dapat melumpuhkan beberapa konstelasi satelit musuh yang di gunakan untuk mendukung operasi militer.
Institut Teknologi Nuklir Northwest sebuah lembaga penelitian berbasis di Xi’an,
yang dijalankan oleh tentara pembebasan Rakyat china mengklaim telah mengembangkan model untuk mengevaluasi kinerja senjata anti satelit nuklir pada ketinggian yang berbeda dengan detail dan akurasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Simulasi tim peneliti menunjukkan bahwa hulu ledak 10 megaton dapat menghancurkan satelit jika meledak di ketinggian 80km.
Ledakan tersebut mengubah molekul udara menjadi awan partikel Radioaktif berbentuk buah pir yang dapat menyebabkan kegagaglan dan kerusakan pada satelit.
Hasil simulasi sudah di paparkan oleh fisikawan nuklir Lio lie dan timnya dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal teknik nuklir.
Tim Lio mencatat bahwa teknologi pendahulu ledakan nuklir berbasis ruangan angkasa tidak begitu efektif,karna kurangn udara tidak akan menghasilkan awan radioaktif yang besar.
Apalagi atmoster bumi akan menangkap sebagian partikel berenergi tinggi yang diciptakan oleh ledakan dan menyebarkannya ke seluruh dunia sebagai sabuk radiasi yang bisa mengancam berbagai pesawat luar angkasa.
CHINA MELAKUKAN PENELITIAN TERHADAP NUKLIR EMP TERBARUNYA
Namun,peneliti di China sudah mencari solusinya agar EMP Nuklir tidak terlalu meradiasi.
Simulasi menunjukkan bahwa segera setelah ledakan awan radioaktif akan naik dengan kecepatan 2-3km/detik membuat perangkap besar untuk satelit.
Akan tetapi ada sebagian besar molekul udara akan jatuh ke bumi, untuk menghindari efek saku radiasi dan secara signifikan mengurangi resiko terhadap satelit dan pesawat ruang angkasa lainnya.
Asia times sebelumnya telah melaporkan bahwa penelitian China telah menyerukan untuk mengembangkan kemampuan anti satelit terhadap konstelasi starlink elon musk.
Militer sudah lama mendeteksi potensi sistem Starlink sebagai ancaman terhadap keamanan nasional China.
China telah mengamati peran penting Starlink dalam perang di Ukraina dan mengevaluasi peran potensialnya dalam serangan ke Taiwan.
Starlink telah memungkinkan pasukan ukraina untuk menimbulkan kerugian besar dan membalikkan keadaan militer dengan membantu mengkoordinasikan serangan Drone dan Artileri terhadap pasukan rusia.
Secara khusus lembaga keamanan China merilis laporan Starlink yang diduga berperan dalam tenggelamnya kapal penjelajah Moskva bulan April kemarin.
Ledakan nuklir yang terkendali di dekat ruangan angkasa dapat memenuhi kebutuhan China akan senjata anti satelit yang hemat biaya yang dapat menghancurkan banyak satelit dalam satu kali serangan.
Senjata anti satelit konvensional seperti Rudal dan senjata energi yang di pasang di satelit dapat secara efektif menghancurkan sejumlah satelit.
Tetapi senjata ini tidak efektif melawan konstelasi besar,seperti Starlink yang memiliki sekitar 2.300 satelit di orbit.
Khususnya untuk area tertentu misalnya di wilayah angkasa China dan Taiwan.
Gagasan menggunakan senjata nuklir untuk misi anti satelit bukanlah hal yang baru.
Kecemasan Amerika Serikat terhadap senjata nuklir orbit soviet membuat pemerintah kennedy menyetujui program anti satelit nuklir berbasis darat yang di kenal sebagai proyek 437.
Namun ilmuwan Amerika mencatat bahwa ledakan nuklir ketinggian tinggi tidak pandang bulu dan dapat menghancurkan satelit dalam jarak pandang, termasuk satelit Amerika sendiri.
Selain itu,lebih banyak satelit di orbit terendah bumi dapat di hancurkan oleh dampak radioaktif.
CHINA MELAKUKAN SIMULASI NUKLIR EMP
Namun simulasi China baru-baru ini ,mungkin telah menunjukkan kelayakan,mengatasi kesulitan teknis yang terkait dengan penggunaan senjata nuklir untuk misi anti satelit.
China juga dapat menggunakan senjata nuklir dalam serangan pulsa elektromagnetik (EMP),melumpuhkan satelit ,kapal perang dan jaringan listrik.
Pada tahun 2020, gugus tugas EMP Amerika Serikat untuk keamanan dalam negeri merilis laporan tentang kemampuan perang EMP China.
yang memperkirakan Beijing bisa menggunakan EMP Nuklir sebagai senjata perang elektronik yang paling ampuh dan efektif.
Termasuk yang di sebut EMP ketinggian tinggi yang menyebarkan melalui atmosfer.
Daniel B dari US Army mencatat bahwa China dapat menggunakan senjata nuklir taktis untuk menghasilkan High EMP
Dengan radiasi dari perangkat yang di letakkan 70 hingga 100 KM di atas permukaan bumi untuk menghancurkan sistem digital musuh.
Serangan semacam itu adalah satu satunya opsi yang layak untuk serangan pertama,untuk melumpuhkan Taiwan.
China memiliki kemampuan teknis untuk memasang perangkat EMP Nuklir di satelit sampai di aktifkan untuk serangan mendadak.
Laporan tersebut menyatakan, jika China telah mengerahkan senjata high EMP di luar angkasa akan menjadi rahasia negara yang dijaga.
Karena dapat mendorong Amerika dan negara negara nuklir lainnya untuk menempatkan senjata nuklir di orbit.
Laporan Homeland security menyatakan bahwa China dapat mengubah persenjataan nuklir kecilnya menjadi pembunuh raksasa. yang mampu menghindari pertahanan rudal Amerika serikat untuk melepaskan serangan Dahsyat yang mampu melumpuhkan seluruh sistem Satelit komunikasi.
Baru baru ini retron elektronik yang bekerja sama dengan gabungan negara NATO.
Diduga menguji pulsa elektromagnetik untuk menahan gelombang kejut EMP.
Namun teknologi ini masih belum teruji untuk mengamankan satelit yang berada di orbit bumi.